Text
Mohammad hatta politik, kebangsaan, ekonomi (1926 -1977)
Saudaraku orang Banjar, saudaraku orang Samarinda, saudaraku orang Dayak, saudaraku orang Pontianak, janganlah engkau masing-masing berkata: aku orang Banjar, aku orang Samarinda, aku orang Dayak, aku orang Pontianak. Engkau masing-masing bukan orang Banjar, bukan orang Samarinda, bukan orang Dayak, bukan orang Pontianak. Engkau tak lain, melainkan orang Indonesia, orang Indonesia sematamata. Bukan Banjar, bukan Samarinda, bukan daerah Dayak, bukan Pontianak tanah airmu. Tanah airmu lebih luas, membujur di khatulistiwa dan mengisi lapangan dunia yang panjangnya seperdelapan lingkaran bumi. Engkau mempunyai tanah air besar!
Bila ingin memahami dunia intelektual dan politik Bung Hatta, telusurilah melalui tulisantulisannya. Di situ akan tampak warisan pemikiran visioner Bung Hatta seputar dunia politik, kebangsaan, dan ekonomi pada zaman itu yang masih relevan hingga saat ini.
Sebut saja konsep demokrasi yang sudah diperbincangkan Hatta jauh sebelumnya yang masih hangat sampai sekarang. Juga disinggung soal konflik kekuasaan, soal gerakan non-cooperation dan cooperation, tentang negara kolonial dan kolonialisme, ekonomi berencana, asal mula nama Indonesia, wawasannya tentang peranan pemuda menuju kemerdekaan Indonesia. Juga dipaparkan visi ekonomi Indonesia di masa mendatang, pengertian Pancasila, termasuk kesaksiannya pada detik-detik bersejarah sekitar Proklamasi. Kecintaan Mohammad Hatta pada tanah air Indonesia tidak pernah luntur. Cita-cita luhur pada bangsa dan negaranya, serta perjuangannya menuju Indonesia merdeka, adil, dan makmur.
Bung Hatta menempatkan dirinya sebagai saksi sejarah, di Eropa maupun di Nusantara
ini. Pribadi Hatta adalah seorang yang teliti, tidak menerima sesuatu for granted; semuanya dicerna, termasuk proses menuju suatu peristiwa. Daniel Dhakidae, Ph.D., Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi Prisma
Tidak tersedia versi lain